Thursday 24 January 2019

Suzuki Satria 2-Tak, Si Bebek Kencang yang Minim Penyakit

Baca Juga

Suzuki Satria termasuk salah satu motor legendaris di Indonesia sampai saat ini. Pada awal kemunculannya pada 1997, Satria hadir sebagai bebek sport dengan mesin 2-tak 120 cc. Spesifikasi mesin Suzuki Satria 2-tak, termasuk di atas rata-rata motor bebek di zaman itu.

Diluar sana, Satria disebut juga sebagai Suzuki RGV120, RGX120 dan Suzuki Sprinter. Suzuki Satria 2-tak berhasil menjadi bebek buatan Suzuki yang paling melegenda dan merajai pasaran. Mengalahkan dua model bebek lainnya yaitu Tornado dan Shogun 110.

DNA motor sport sudah sejak awal hadir pada sosok motor ini. Satria 120 desainnya juga cukup menarik dengan mesin tegak, sasis twinspar dan suspensi monosok. Saat Honda dan Yamaha masih menggunakan dual shock pada semua varian bebeknya, Suzuki Satria 120 sudah duluan memakai suspensi tunggal ini.

Sasis yang disebut sebagai Suzuki Computerized analyzed frame (SCAF) memberikan jaminan kestabilan motor pada semua kecepatan. Ini merupakan salah satu inovasi motor luar biasa dari Suzuki, jauh sebelum Yamaha menciptakan rangka deltabox dan Honda belum punya rangka teralis.

Terang saja, Satria ini terlahir dari keluarga RG, atau tepatnya versi pembesaran kapasitas mesin versi pabrikan dari Suzuki RG Sport 110, yang ada di Malaysia. Suzuki melakukan upgrade mesin dan beberapa komponen lain seperti diameter dan langkah silinder, diameter lubang venturi karburator, rasio kompresi hingga power dan torsi maksimum.

Sekarang, populasi Satria 2-tak ini semakin sedikit, dan sulit ditemui dalam kondisi utuh apalagi terawat baik. Lebih parahnya lagi, motor-motor Satria bekas yang kondisinya masih cukup sehat malah dijual impor ke negara tetangga seperti Vietnam.

Sejarah Suzuki Satria 2-Tak



Varian pertama motor ini dinamakan Satria 120S dengan menggunakan kopling semi-otomatis dan transmisi manual 5 percepatan. Mesin 2 tak 120cc Satria mampu menghasilkan tenaga 13HP. Fitur pertama dibuat menggunakan suspensi monosok dan rangka SCAF (Suzuki Computerized Analized Frame).

Pada tahun 1998, Suzuki menangkap kekurang puasan dari para konsumen setianya karena Satria 120S dirasa kurang responsif pada tarikan awal. Maka di tahun itu Suzuki Indonesia membuat tipe baru dalam keluarga Satria, yaitu Satria 120R.

Dari desain tidak ada bedanya dengan 120 S, tapi sebagai pembeda maka 120 R dijuluki sebagai lumba-lumba. Nah, pembaharuan ini mencakup sistem transmisi manual enam percepatan dan melepas sistem starter elektrik.

Sistem trasmisi yang awalnya memakai sistem perseneling rotari diganti dengan model sport yaitu gigi 1 ke depan dan gigi 2 sampai 6 ke belakang. Sistem kopling juga dirombak total menggunakan kopling manual sehingga tarikan awal motor lebih responsif.



Selanjutnya, Satria 120 R hanya menyisakan starter model kick. Satria 120R, selain mengusung kapasitas silinder terbesar pada masanya, juga disokong tekonologi pendinginan Jet Cooled yang terbukti baik dalam melepaskan panas mesin ke udara bebas.

Suzuki kembali melakukan upgrade di tahun 2000 dengan penambahan double disc brake, membuat cengkramannya semakin dahsyat dan varian livery movistar dengan velg casting wheel. Tampilan si lumba-lumba pun jadi makin sporty.

Satria Hiu, Era Penutup Suzuki Satria 2-Tak



Sayangnya, Satria lumba-lumba ini discontinue pada 2003 karena peraturan pemerintah yang melarang di produksinya motor 2 tak di dalam negeri pada masa itu. Sebagai penerusnya, Suzuki Indonesia mendatangkan Satria RU 120 LSCM dari Suzuki Lion Malaysia atau biasa di sebut Satria Hiu.

Kelebihan Satria Hiu ini adalah larinya kencang. Dengan bobot motor  hanya 101 kg dan dibekali mesin 120 cc bertenaga 13,5 ps, Satria Hiu sanggup digeber mencapai kecepatan hingga 130km/jam. Kelemahan Satria 120R LSCM adalah BBM-nya boros. Dari beberapa tes yang dilakukan, Satria Hiu rata rata menghabiskan 1 liter bensin untuk 25 km saja.

Sayangnya, Satria Hiu ini hanya bertahan sebentar di Indonesia sampai 2005 saja karena terbentur regulasi pemerintah. Padahal motor ini mendapat respon baik dari masyarakat.

Penyakit Suzuki Satria 2-Tak

Kelemahan umum yang pasti dijumpai pada motor 2-tak itu adalah mesinnya yang boros bensin. Boros ini disebabkan karena hanya membutuhkan 2 gerakan piston (turun dan naik) buat menghasilkan tenaga sehingga proses masuk bahan bakar ke ruang cylinder lebih cepat, makanya butuh asupan bahan bakar lebih banyak.



Sebenarnya itu lumrah dan wajar karena berbanding lurus dengan performanya. Tarikan awal yang responsif dan perawatannya cukup mudah karena masih memakai karburator. Nah, Suzuki Satria 2-tak termasuk salah satu yang minim penyakit lho. Kalaupun ada kerusakan, biasanya karena usia motor sudah cukup tua dan pemakaian sudah cukup lama.

Pertama yaitu rumah kopling yang oblak, dengan ciri suara mesin di crankcase sebelah kanan lebih berisik yang tidak sewajarnya. Kalau sudah begini tinggal ganti rumah koplingnya agar normal kembali.

Masalah lainnya serupa dengan motor 2-tak pada umumnya, yaitu baut stud bolt kalah yang bikin kepala silinder terangkat. Ini karena tekanan kompresi di ruang bakar dan efeknya kompresi bocor dan motor kehilangan tenaga.

Terakhir yaitu sisa-sisa kerak pembakaran oli samping yang menutupi lubang exhaust silinder dan knalpot yang membuat tarikan motor menjadi berkurang. Cirinya, motor jadi brebet dan tidak ada tenaganya. Untuk masalah yang terakhir ini solusinya cukup mudah, bagian yang berkerak tinggal dibersihkan saja dengan cara dikerok atau dibakar.

Cara Merawat Suzuki Satria 2 Tak

Perawatan bebek sport ini sama saja seperti motor 2-tak pada umumnya. Paling penting yaitu jaga volume oli samping agar jangan sampai kosong. Oli samping berguna melumasi bagian piston, setang seher, serta laher bearing as kruk.

Atur volumenya dengan takaran yg sesuai yaitu tidak terlalu irit dan tidak pula terlalu boros. Bila oli samping terlalu irit membuat motor overheat atau kepanasan, dan bila teralu boros membuat motor mbrebet dan asap ngebul.

Selanjutnya rajin-rajinlah membersihkan karburator, apabila sering digunakan pada kondisi kotor dan berdebu. Sisa debu halus yang tidak tersaring oleh filter biasanya mengendap di mangkok karbu dan celah-celah spuyer. Kalau sudah parah, kotoran di spuyer yang bentuknya seperti suling ini menghalangi jalur bensin dan membuat motor jadi brebet.

Jangan lupa, biasakan untuk memanaskan mesin bila motor lama tidak digunakan, misalnya setelah tidak digunakan lebih dari 6 jam, atau pada suhu ekstrim seperti pada waktu pagi hari. Pemanasan tak perlu lama-lama cukup 1-2 menit. Tujuannya, guna memberikan pelumasan terlebih dahulu pada komponen yang akan bergerak nantinya.

Jangan terlalu lama memanaskan karena akan membuat pipa knalpot menguning. Selain itu, pastinya bakal membuang-buang bensin saja karena mesin 2-tak kan boros.

sumber: carmudi.co.id